Seni Menerima Umpan Balik - Bagian Pertama
Cara untuk mendapatkan lebih banyak umpan balik dan menjadi seseorang yang lebih mentorable
Ketika memutuskan untuk memulai inisiatif newsletter InsinyurOnline, pikiran saya langsung tertuju ke beberapa topik yang harus segera diangkat di awal. Topik menerima (serta memberi) umpan balik merupakan hal yang pertama kali saya pikirkan. Ini karena berdasarkan pengalaman saya selama ini, salah satu penyebab utama mengapa seseorang terhambat dalam perkembangan kemampuannya sebagai seorang profesional adalah karena kombinasi dari satu atau lebih hal di bawah ini:
Kurang mendapat umpan balik yang cukup
Kurang terbuka dalam menerima umpan balik
Tidak ada tindak lanjut setelah menerima umpan balik
Ngomong-ngomong, pengalaman di atas juga termasuk pengalaman pribadi ya, hehe. Saya sendiri merasa di beberapa kesempatan saya juga kurang mendapat dan kurang terbuka dalam menerima umpan balik. Jadi kita bisa berbenah bareng-bareng untuk topik ini. Oleh karena itu jika kawan-kawan punya umpan balik untuk saya sebagai pribadi maupun untuk inisiatif InsinyurOnline ini bisa langsung disampaikan melalui Twitter atau Discord kami.
Tanpa berlama-lama lagi, yuk kita langsung mulai pembahasan. Untuk memahami lebih lanjut tentang seberapa penting umpan balik bagi kehidupan profesional kita, kita akan mulai dengan membahas mengenai proses seseorang berkembang sebagai profesional.
Bagaimana Proses Seseorang Berkembang Sebagai Profesional?
Pada hakikatnya “berkembang” merupakan proses “perubahan” seseorang dan harapannya tentu untuk menuju ke arah yang lebih baik. Dalam proses perubahan ini ada faktor-faktor yang memiliki peran signifikan dalam proses tersebut. Kelompok pertama dapat kita kategorikan sebagai faktor internal atau faktor yang melekat pada diri kita, diantaranya:
Tujuan - apa yang ingin kita capai?
Motivasi - mengapa ingin mencapai tujuan tersebut?
Kondisi - kemampuan dan sumber daya yang kita miliki saat ini
Kemudian kategori kedua adalah faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau orang lain, diantaranya:
Informasi - segala bentuk informasi yang dapat kita akses, seperti buku, tutorial video atau artikel di internet
Kesempatan - situasi yang memungkinkan kita jadi dapat melakukan sesuatu
Umpan balik - informasi mengenai pengalaman atau reaksi atas perilaku atau hasil pekerjaan seseorang
Tiap faktor yang disebutkan di atas masing-masing memiliki materi yang luas dan bisa menjadi topik pembahasan tersendiri. Namun pada kesempatan kali ini saya ingin fokus pada salah satu faktor eksternal terlebih dahulu, yaitu umpan balik. Mengapa saya memilih umpan balik untuk dibahas pertama?
(vs faktor internal) Faktor internal merupakan faktor yang sangat personal dan tiap orang mungkin memiliki situasi yang berbeda-beda. Kita akan kembali kesini kalau saya sudah menemukan sudut pandang yang tepat untuk melakukan pembahasan.
(vs faktor eksternal lain) Dibandingkan faktor eksternal yang lain, umpan balik merupakan faktor yang paling disesuaikan dengan kondisi kita (personalized). Sehingga kemungkinan untuk tepat sasaran lebih tinggi.
Sekarang kita bisa move on ke topik berikutnya, yaitu bagaimana kita dapat memperbesar jumlah umpan balik yang kita terima.
Bagaimana Cara Untuk Mendapatkan Lebih Banyak Umpan Balik?
Rata-rata orang langsung berpikir untuk mencari dan memiliki mentor sebagai solusi atas pertanyaan ini. Ini tidak salah. Keuntungan terbesar dari memiliki mentor adalah mendapatkan umpan balik secara konsisten dan tepat sasaran karena mentor yang baik memahami kondisi dan kemampuan kita. Akan tetapi ini hanya terjadi apabila mentor tersebut memang mendedikasikan sebagian waktunya untuk kita.
Jadi tantangannya adalah, mendapatkan mentor se-senior mungkin (untuk mendapatkan ilmu dan jaringan sebanyak-banyaknya) tapi mampu mendedikasikan sebagian waktunya untuk kita (agar beliau meluangkan waktu untuk memahami kondisi dan kemampuan kita sebelum memberikan umpan balik). Ini adalah tantangan yang tidak mudah dan pada kondisi nyata mendapatkan kecocokan seperti hal di atas sangat sulit.
Nah, ada cara lain sebenarnya untuk mendapatkan lebih banyak umpan balik walaupun belum memiliki mentor. Mari kita ambil sebagian karakteristik positif dari seseorang yang mentorable untuk meningkatkan kemungkinan mendapatkan lebih banyak umpan balik, hitung-hitung persiapan kalau dapat mentor beneran.
Menurut saya ada 3 langkah yang umumnya dilakukan oleh seseorang yang mentorable dengan sungguh-sungguh, yaitu:
Bertanya atau meminta umpan balik dengan cara yang baik sehingga memudahkan orang untuk menjawab.
Mengambil tindakan setelah menerima jawaban atau umpan balik.
Memberikan umpan balik kembali kepada si penjawab atau pemberi umpan balik setelah tindakan jadi/tidak jadi diambil.
Poin (1) akan kita bahas pada artikel ini, namun poin (2) dan (3) akan kita bahas pada bagian kedua dari artikel ini yang akan dipublikasikan kemudian.
Terlepas dari memiliki mentor atau tidak, manusia tidak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran. Sehingga, kalau kita tidak bertanya atau meminta umpan balik tentunya kita juga tidak akan mendapatkan jawaban ataupun umpan balik. Jadi bertanya atau meminta umpan balik merupakan satu-satunya jalan agar orang lain paham persoalan yang kita hadapi.
Tapi tunggu dulu, kalau kita belum memiliki mentor, kita bisa bertanya atau meminta umpan balik kepada siapa? Untuk hal ini sebenarnya ada beberapa opsi. Opsi pertama adalah bertanya atau meminta umpan balik kepada orang-orang di lingkungan sekitar kita seperti: rekan kerja di kantor, teman kuliah atau dosen. Keuntungan dari bertanya kepada mereka adalah kita tidak perlu memberikan konteks dari awal karena sudah saling kenal.
Selain itu kita juga bisa memanfaatkan komunitas keahlian terkait software engineering di Indonesia yang semakin menjamur. Misalnya, tidak perlu jauh-jauh, kawan-kawan bisa bertanya dan berdiskusi di Discord InsinyurOnline. Keuntungan dari bergabung dan aktif di komunitas adalah kita bisa mendapat kenalan baru dan mendapat pencerahan dari orang-orang di luar lingkungan kita sehingga bisa memperluas wawasan.
Setelah tahu kemana saja kita akan mengajukan pertanyaan kita, selanjutnya yang tidak kalah penting adalah bagaimana cara menyampaikan pertanyaan atau permintaan tersebut. Terkadang saya melihat situasi dimana orang yang bertanya malah membuat calon penjawab kesulitan. Sebagai contoh saya pernah melihat seseorang meminta umpan balik pada kode yang dia tulis. Namun yang jadi masalah, kode tersebut di-posting sebagai screenshot sehingga tidak dapat kita copy-paste dan coba sendiri. Setelah melihat kejadian itu, saya langsung berpikir: alangkah baiknya jika kita memiliki prinsip kehidupan “buatlah mudah bagi orang lain untuk membantu kita”. Termasuk kalau minta uang kita siapkan kanal pembayaran yang sebanyak-banyaknya (jk) 🤣.
Menurut saya, daripada fokus ke konten pertanyaan supaya kita tidak terlihat bodoh, lebih baik jika kita fokus ke bagaimana cara menyajikan pertanyaan kita. Karena prinsip “tidak ada pertanyaan yang bodoh” itu benar adanya. Pada kenyataannya, saya lebih senang menjawab pertanyaan dasar yang disajikan dengan baik daripada pertanyaan tingkat lanjut yang disajikan dengan cara membingungkan. Orang-orang tidak akan nge-judge juga kalau kita sering menanyakan pertanyaan dasar karena pada kenyataannya kita semua adalah pemula di hal lain yang kita belum kuasai.
Jadi kalau saya simpulkan dan tambahkan, berikut adalah prinsip yang perlu kita miliki ketika bertanya atau meminta umpan balik:
Berikan konteks yang tepat. Seperti latar belakang pemahaman kita dan apa sebenarnya hal yang mau kita capai.
Lakukan pekerjaan rumah dan sampaikan hasilnya. Misalnya kita sudah mencari jawaban dari mana saja dan opsi apa yang sudah dicoba sejauh ini. Semakin banyak usaha yang sudah kita berikan akan lebih dianggap positif oleh orang lain yang melihat pertanyaan kita.
Buat orang lain mudah untuk membantu kita. Untuk kode sebaiknya di-posting sebagai teks di gist, pastebin atau sejenisnya. Siapkan environment pengujian secara daring apabila memungkinkan dan hal-hal positif lainnya. Intinya kita harus memanjakan orang yang berpotensi untuk menjawab pertanyaan atau permintaan kita.
Berikan apresiasi bagi penjawab atau pemberi umpan balik. Sesederhana ucapan dan gesture terima kasih.
Kalau kawan-kawan ingin lebih mahir lagi dalam bertanya atau meminta umpan balik, saya juga merekomendasikan artikel “How To Ask Questions The Smart Way” yang lebih detil dan ditulis oleh salah seorang legenda open source movement: Eric S. Raymond. Hanya 1 peringatan saja, artikel tersebut jauh lebih blak-blakan dari artikel ini 😜.
Wah, ngga terasa sudah panjang juga pembahasan kita padahal baru bagian pertama. Kita akan lanjutkan pembahasan mengenai cara menerima, memilah dan mengambil tindakan atas umpan balik yang kita dapatkan pada bagian kedua. Jangan lupa subscribe untuk mendapatkan notifikasi apabila bagian kedua telah dipublikasikan. Kami juga akan melakukan livestream pembahasan untuk topik ini di Youtube InsinyurOnline dan berdiskusi di Discord InsinyurOnline.